Biografi Taufik Ismail

November 23, 2009

I. BIOGRAFI TAUFIQ ISMAIL

Taufiq Ismail lahir di Bukittinggi pada tanggal 25 Juni 1935, Taufiq Ismail tumbuh dan dibesarkan dalam lingkungan santri di Pekalongan. Ayahnya, Ustadz Ghaffar Ismail, menjadi tahanan politik pada saat itu, hingga beliau diasingkan di Jawa Tengah dan akhirnya menetap di Pekalongan sebagai guru agama Islam. Dari ayahnya juga Taufiq Ismail banyak menimba ilmu agama terutama dalam membaca dan memahami ayat-ayat suci Al-Qur’an.

Taufiq Ismail menempuh pendidikan yaitu Sekolah Rakyat di Solo, Semaang, Salatiga, dan Yogyakarta. Tamat SR Muhammadiyah di Ngupasan Yogyakarta (1948). Kemudian melanjutkan sekolah di SMP I Bukittinggi (tamat 1952). SMAnya ditempuh di Bogor, Pekalongan (1952), dan Whitefish Bay High School, Milwaukee Amerika Serikat (1957). Di tingat Pendidikan Tinggi Taufiq Ismail tamat dari Fakultas Kedokteran Hewan dan Peternakan, Universitas Indonesia, Bogor 1963. Di samping itu juga mengikuti pendidkan di School of Letters, International Writing Progam , University of Iowa (1971-1972 dan 1991-1992). Kemudian belajar bahasa Arab di Faculty of Languange and Literature American University di Kairo Mesir (1990)

Kelas 2 SMA Pekalongan Taufiq Ismail sudah mempublikasikan karyanya melalui majalah Mimbar Indonesia dan Kisah. Setelah menjadi sarjana dan bekerja, ia menyunting gadis padang, seorang Mahasisiwi aktivis organisasi IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan dikaruniai seorang putra, Ibrahim Ismail yang menyelesaikan sarjana management di sebuah universitas di Amerika Serikat sekaligus bekerja di sana.

Dari kecil Taufiq Ismail suka membaca, novel dewasa yang pertama kali ia baca adalah Tak Potoes Diroendoeng Malang, karya S. Takdir Aljsjahbana, dan novel terjemahan karya Alexander Dumas, Tiga Panglima Perang. Taufiq Ismail juga membaca di perpustakaan kota Bukittinggi, dibacanya novel John Steinback, Tikus dan Manusia. Sejak SMA ia juga telah aktif sebagai penjaga perpustakaan PII (Pelajar Islam Indonesia) Cabang Pekalongan.

Ketika di Amerika, pada liburam musim semi, Taufiq Ismail pernah bekerja di ladang pertanian campuran, luasnya 100 hektar dengan 100 ekor sapid an 10.000 ekor ayam. Hal inilah yang mendorong Taufiq untuk lebih mendalami ilmu peternakan

Semasa kuliah di Universitas Indonesia , ia juga terpilih menjadi Ketua Senat Mahasiswa FKHP-UIO dan Wakil Ketua DMUI (Dewan Mahasiswa Universitas Indonesia).Untuk menafkai diri, ia bekerja menjadi guru bahasa Inggris di SKP Pameka dan SMA Regina Pacis Bogor, mengajar sebagai asisten dosen di IPB, di samping menulis cerpen dan menerjemahkan. Ketika ia sudah banyak menulis dan dimuat di bebagai majalah, karena ikut menandatangani Manifes Kebudayaan yang dilarang oleh pemerintah, Taufiq Ismail batal melanjutkan studi manajemen peternakan di Florida (1964) dan dipecat sebagai asisten dosen di IPB. Dalam kaitan ini, puisi-puisi Taufiq Ismail yang banyak merekan demo-demo kebangkitan generasi muda tahun 1996, diantologikan dalam dua buku yaitu Tirani dan Benteng. Taufiq Ismail juga banyak menulis di media massa dan sempat juga menjadi wartawan. Kemudian bersepakat dengan teman seangkatannya untuk mendirikan majalah sastra Horison. (1996), ia juga termasuk juga sebagai salah satu pendiri Dewan Kesenian Jakarta dan Taman Ismail Mazuki (1968), kemudian dipercaya sebagai Pj. Direktur lembaga tersebut, sekaligus juga menjadi Rektor Lembaga Pendidikan Kesenian Jakarta. Ia juga tidak menolak untuk menjadi Manajer Hubungan Luar PT. Unilever. Setelah pensiun, ia memfokuskan sebagai redaktur senior majalah Horison.

Himpunan Musik Bimbo Berasaudara, mengadaptasi sejumlah puisinya menjadi syair lagu dan dinyanyikan secara merdu. Kerja sama ini hingga tahun 2004 sudah berlangsung selama 30 tahun (dari sekitar 60-70) lirik puitis).

Taufiq Ismail telah menjelajahi kota-kota besar di dunia dalam rangka baca puisi, baik melalui berbagai festival dan acara sastra maupun budaya umumnya di 24 kota Asia, Australia, Eropa, dan Afrika.

Keisitimewaan dan keteladanan dari Taufiq Ismail dalam bidang sastra sangatlah baik. Ia pernah melakukan survei ke SMU di 13 negara dari tahun 1942 sampai 1994 itu semua atas kepedulian Taufiq Ismail terhadap sastra di Indonesia meskipun pengajaran sastra lebih dari 30 tahun namun keterpencilan sastra di masyarakat masih ada. Survei yang telah ditinjau dari hasi wawancara para tamatan SMU di 13 negara membuktikannya bahwa negara Indonesia memang terpencil dalam sastra. ‘Daftar Jumlah Buku Sastra Yang Wajib Dibaca’ selama di SMU yang tercantum dalam kurikulum berkisar antara 5-32 judul, sedangkan di Indonesia hanya 0 judul. Keteladan yang bisa kita ambil untuk selalu mempertahankan bidang apa saja dalan negara kita sendiri.

Ketika ia merasa bosan dengan kecenderungan puisi Indonesia, pada awal 70-an Taufiq menggarap humor dalam puisi. Keseriusan Taufiq Ismail dalam bidang budaya , setidaknya telah terlihat sejak dirinya terpilih untuk mewakili Indonesia dalam pertukaran pelajar antarbangsa di tahun 1956.

Pada tahun 1974, ia terpilih sebagai Dewan Penyantun Board of Trustees AFS International, New York, bertugas sampai tahun 1976. Ketua Lembaga Seni Budaya Muhammadiyah 1998-1999 Beberapa bulan di tahun 1996 dan 2000 Taufiq Ismail diminta mnjadi presenter di dalam No.1 Kilometer sebuah acara in depth news di RCTI. Taufiq Ismail menyampaikannya dalam bentuk puisi. Dan sejak tahun 1985 menjadi Ketua Yayasan Bina Antar Budaya sampai kini (2005, tahun penulisan), yang bekerja sama dengan badan besiswa AFS.

II. ANUGERAH DAN PENGHARGAAN SASTRA

  1. Anugrah Seni dari Pemerintah RI (1970)
  2. Cultural Visit Award dari Pemerintah Australia (1977)
  3. South East Asia Write Award (SEA Write Award) dari Kerajaan Thailand (1994)
  4. Penulisan Karya Sastra Terbaik dari Pusat Bahasa Department Pendidikan dan Kebudayaan (1994)
  5. Sastrawan Nusantara dari Negeri Johor, Malaysia (1999)
  6. Doctor Honoris Causa dari Universitas Negeri Yogyakarta

III. KARYA TAUFIQ ISMAIL

  1. Tirani, Birpen KAMI Pusat, 1966
  2. Benteng, Litera, 1966
  3. Puisi-Puisi Sepi, 1971
  4. Kota, Pelabuhan, Ladang, Angin Dan Langit, 1971
  5. Buku Tamu Museum Perjuangan, 1972
  6. Sajak Ladang Jagung, Pustaka Jaya, 1974
  7. Kenalkan, Saya Hewan (Sajak Anak-Anak), Aries Lima, 1976
  8. Puisi-Puisi Langit, Yayasan Ananda, 1990
  9. Tirani dan Benteng, Yayasan Ananda, 1993
  10. Prahara Budaya, Mizan, 1995
  11. Ketika Kata Ketika Warna, Yayasan Ananda 1995
  12. Seulawah: Antologi Sastra Aceh, 1995
  13. Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia, Yayasan Ananda, 1998
  14. Dari Fansuru Ke Handayani, Horison-Kaki Langit-Ford Foundation, 2001
  15. Horison Sastra Indonesia, Horison-Kaki Langit-Ford Foundation, 2002
  16. The Reconstruction Of Religious Thought in Islam, Tintamas, 1964
  17. Katrastopi Marxisma, Leninisma, Maoisme dan Narkoba, Yayasan Ananda, 2004.

Hello world!

November 14, 2009

Welcome to WordPress.com. This is your first post. Edit or delete it and start blogging!